Kisah mengenai keledai Bileam dengan pemilik dan malaikat Tuhan ini merupakan kisah yang unik dan menarik. Hewan keledai merupakan salah satu binatang piaraan pada waktu itu dan biasanya digunakan sebagai alat angkut barang maupun orang, sebab keledai mampu menempuh jarak 30 km perharinya. Di dalam Alkitab ada beberapa tokoh yang pernah menaiki keledai seperti Abraham ketika ingin mempersembahkan Ishak (Kejadian 12:16), Paulus (Kisah Para Rasul 23:24) dan bahkan Tuhan Yesus ketika memasuki Yerusalem (Matius 21 :2-7 dan Lukas 11:2-7) sebagai penggenapan dari Zakaria 9:9. Dalam cerita inipun keledai ditunggangi oleh Bileam.
Bileam adalah anak Beor, berdiam di Petor yang ditepi sungai Efrat. Nama Bileam berarti pelahap, penelan. Memang tidak dicatat secara rinci asal usul Bileam namun satu hal yang sangat jelas Alkitab katakan bahwa dia adalah seorang nabi. Tidak hanya itu saja seorang raja Moab sendiri berkata bahwa siapa yang diberkati Bileam dia akan mendapat berkat tetapi siapa yang dikutuk Bileam, ia akan kena kutuk (Bilangan 22:6). Ini menandakan bahwa Bileam bukanlah nabi sembarangan. Akan tetapi Bileam yang adalah nabi itu bukan tidak punya kelemahan, orang yang memiliki komunikasi / hubungan yang dekat dengan Allah ternyata juga memiliki kelemahan, dia silau dengan harta dan uang, sampai pada akhirnya ia mau menerima bujuk rayu untuk pergi kepada Barak bin Zipor, Raja Moab. Dalam 2 Petrus 2:15-16, Yudas 1:11 dan Wahyu 2:14, Firman Tuhan sangat jelas mengatakan kesalahan-kesalahan apa yang dilakukan Bileam. Sebagai seorang nabi, tugas utama Bileam adalah mengatakan suara hati Allah yang mengutusnya. Akan tetapi justru yang ia lakukan sangat berbeda sekali, bukan suara Tuhan yang dikatakan tetapi suara orang yang membayarnya dengan uang atau upahan lainnya. Oleh sebab itu Allah murka dan melalui Malaikat Tuhan, Bileam di hadang. Nah, disinilah unik dan menariknya. Seorang nabi, yang memiliki hubungan dekat dengan Tuhan dan memiliki kuasa memberkati ataupun mengutuk itu justru tidak mampu melihat Malaikat Tuhan yang menghadangnya dengan pedang terhunus. Justru hewan seperti keledai, yang di dalam Alkitab, sering dijadikan sebagai gambaran kebodohan, ketidaktaatan, dungu, tidak taat, bodoh, keras hati dan bebal (Kejadian 16:12, Ayub 11:12, Yesaya 1:3), gambaran kerendahan (Yeremia 22:19, Yeheskiel 23:20), malah melihat Malaikat itu. Status dan kedudukan diputar balikkan oleh Allah. Bileam yang harusnya taat kepada Allah justru taat kepada orang yang berharta tetapi keledai yang harusnya takut, taat dan tidak pernah mengecewakan tuannya, justru berani menentang tuannya, berani dipukuli, berani bayar harga karena Allah. Hewan seperti keledaipun bisa dipakai oleh Allah untuk menyadarkan Bileam dan mengajari Bileam siapa yang harusnya ditakuti, bukan manusia tetapi Allah.
Melalui cerita unik ini kita menjadi mengerti bahwa apapun bahkan hewan yang sering dianggap rendah dan bodohpun bisa dipakai Allah. Jika Allah mampu memakai binatang seperti keledai MENJADI ALAT YANG DASYAT, oleh sebab itu tentu Allah sangat mampu memakai kita untuk menjadi alat-Nya. Oleh sebab itu tidak perlu rendah diri, malu akan kelemahan kita, sebab dalam kelemahan kitapun Allah mampu memakai kita menjadi alat Allah yang luar biasa. Justru dalam kelemahanlah, kuasa Tuhan menjadi nyata.