MARAH YANG BENAR
Ayat ini seakan-akan membawa pada pemikiran bahwa marah adalah dosa. Tak jarang juga ayat ini sering dipakai menjadi tameng bahwa orang Kristen tidak boleh marah. Akibatnya marah selalu diidentikkan dengan hal yang negative. Apakah benar marah itu dosa? Tunggu dulu. Marah ataupun amarah sebenarnya adalah human aggressive artinya salah satu bentuk ekspresi dari mendorong emosi manusia, sama seperti tertawa ataupun menangis. Jadi apakah marah itu dosa? Tentu saja marah sendiri bukan suatu dosa, sebab Allahpun pernah marah, Tuhan Yesus juga ketika bait suci dijadikan pasar dagang, Dia marah. Semua orang pasti pernah marah. Mau dia pria atau wanita, tua atau muda, besar atau kecil, pasti pernah marah sebab marah itu normal. Marah itu normal tetapi bukan berarti bahwa kita boleh marah secara sembarangan. Dalam terjemahan Yunani dikatakan "Amarahlah, tapi jangan berdosa dan jangan sampai matahari yang panas itu membakar kamu sehingga akhirnya kamu berdosa dan jangan memberi lubang kepada iblis." Kita boleh marah, tetapi tidak berdosa. Bagaimana marah tetapi tidak berdosa? Semua tergantung bagaimana kita mengendalikan kemarahan kita. Yang menjadikan dosa bukan amarah tetapi cara mengendalikan amarah itu. Bagaimana kita mengendalikan amarah?
Pertama, marah karena cinta kasih (anger of Love). Ini merupakan amarah yang keluar dari kasih yang sejati. Allah itu sendiri adalah kasih (cinta) sehingga otomatis ekstensi cintanya keluar tetapi Ia yang adalah cinta dapat murka, yaitu murka yang keluar dari kasih. Bagaimana ketika kita marah, marah itu bukan sebagai pelampiasan emosi tetapi marah yang keluar dari emosi yang dimurnikan. Cara marah seperti ini yang terbaik dapat kita lihat di dalam keluarga. Bapak yang mengasihi anaknya adalah bapak yang benar bukan tidak pernah marah kepada anaknya, tetapi kemarahannya kepada anaknya didasari kasihnya sehingga anak mengerti kesalahannya.
Kedua, marah yang tidak sampai matahari terbenam. Artinya tidak membiarkan amarah itu terus membara. “jangan biarkan seperti panas matahari yang membakar engkau sehingga akhirnya engkau mendidih dan meledak dan secara kualitatif menjadi satu kepanasan yang membara dalam hatimu.” Jadi hati-hati kalau ketika saudara marah dan api kemarahan itu masih membara terus. Itu adalah tanda dosa sudah mulai mengintip di depan pintu dan siap menerkam kita. pepatah berkata “Salah satu ukuran kedewasaan seseorang dapat dilihat dari kemampuannya mengendalikan kemarahan.”
Mari mohon pimpinan Roh Kudus untuk memampukan kita menjadi orang yang dapat marah dengan benar. Kita marah dengan didasari kasih dan tidak membiarkan amarah itu terus membara. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar