Kebijaksanaan Salomo (Wisdom of Solomon) merupakan sebuah buku yang ditulis di sekitar abad 2-1 sebelum Masehi. Kitab ini mirip dengan kitab Ayub, Amsal dan bagian tertentu dari Pengkhotbah. Kebijaksanaan Salomo sering dipandang sebagai hasil karya yang tertinggi pada zaman antar-perjanjian. Kitab ini teristimewa membicarakan pokok pembalasan sebagai hukuman dan ketololan penyembahan berhala. Sebenarnya kitab ini adalah asimilasi dari pemikiran agama Ibrani dan filsafat Yunani.
a) Pengarang
Kitab Kebijaksanaan Salomo ditulis dalam bahasa Yunani. Dalam septuaginta buku ini ditempatkan diantara kotab Ayub dan Pengkhotbah. Dalam terjemahan Latin kuno judul buku ini diubah menjadi “Kitab Kebijaksanaan.” Dalam isi akan terlihat bahwa pengarang sangat akrab dengan sistem budaya dan filosofi Hellenisme Yunani. Mengenai penulisnya, sangat diragukan keotentikan Salomo sebagai penulis. Bapak gereja lebih percaya bahwa Penulisnya adalah Seorang Yahudi yang tinggal di Mesir, hal ini diperkuat dengan isi yang ada pengaruh helenistik pada isi tulisan tersebut.
b) Isi Kitab
Kitab Kebijaksanaan Salomo ditulis di abad ke-1 atau ke-2 SM dan berisikan 19 pasal. Dalam uraian isi kitab ini terlihat pengaruh kuat dari percampuran pemikiran Yahudi dan konsep Helenistik yang kental dengan kandungan filsafatnya. Seluruh kitab rapi tersusun, sedangkan juga gaya bahasanya tetap sama. Bahasa Yunaninya lancar dan perbendaharaan kata sedangkan juga banyak kemungkinan dari seni berpidato Yunani gampang dimanfaatkan. Struktur buku ini sendiri adalah sebagai berikut:
· Pasal 1-5 Hikmat: Orang benar vs Orang fasik.
· Pasal 6-9 Hikmat Allah
· Pasal 10-19 Hikmat dan sejarah umat Allah
c) Tujuan Penulisan
Tujuan kitab ini sendiri bisa diuraikan dengan melihat akhir kitab ini, bagaimana pembebasan umat Israel dari perbudakan di Mesir diceritakan dengan perspektif hikmat Allah (narasi yang disajikan dalam bentuk literatur hikmat ini sangatlah menarik dan menyegarkan), dan, dengan demikian, bagaimana umat Israel sekarang harus mengikuti hikmat Allah agar dapat keluar dari kondisi yang sama sekarang. Hikmat Allah yang demikian dapat ditelusuri dengan membaca dua bagian awal, yaitu di pasal 1-9. Di bagian pertama, pembaca dapat mengenali bagaimana kontras antara hikmat oleh orang benar dan oleh orang fasik. Dan, di bagian kedua, pembaca dapat mengenali hikmat Allah yang sejati, yang akan menuntun mereka untuk keluar dari situasi mereka sekarang yang mungkin mirip dengan apa yang dialami oleh nenek moyang mereka ketika mereka berada di Mesir.
Pertama-tama pengarang memperuntukkan kitabnya bagi orang-orang Yahudi, yaitu orang-orang sebangsa yang kesetiaannya digoncangkan oleh gengsi kebudayaan di Aleksandria: kemasyuran mazhab filsafahnya, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, daya tarik berbagai agama “misteri”, ilmu nujum, pemujaan dewa (wahyu) Hermes atau agama-agama kerakyatan yang mempesonakan. Tetapi cara pengarang kadang-kadang menyajikan bahannya menyatakan bahwa juga ingin didengar oleh orang-orang bukan Yahudi. Mereka mau diantaranya kepada Allah yang mengasihi semua manusia. Tetapi ini hanya tujuan sampingan saja. Kitab Kebijaksanaan lebih-lebih mau membela daripada merebut.
Diantara kitab-kitab apokripha, kitab Kebijaksanaan Salomo merupakan kitab yang paling kaya dengan pemikiran teologis. Ada beberapa hal yang menarik untuk dipelajari khususnya mengenai beberapa konsep teologi kitab ini, yaitu:
1. TENTANG ALLAH
Konsep tentang Allah dalam kitab ini cukup menarik. Dalam kitab ini, Allah digambarkan sebagai sumber kebijaksanaan dan hikmat yang benar serta akar dari kebakaan. Allah adalah penguasa yang mutlak yang mengatur dunia. Allah juga digambarkan sebagai roh pendidik yang suci. Oleh sebab itulah dianjurkan bahwa para penguasa hendaknya mencari Allah. Caranya seperti apa yaitu dengan memiliki kebijaksanaan, menjauhi kefasikan dan kebodohan, hal itu akan menolong manusia untuk mencari Allah. Hal ini penting karena Allah mencintai orang yang mencari dia dan hidup benar. Allah akan melindungi
Allah juga digambarkan sebagai kebenaran. Kebenaran disini adalah pikiran dan tindakan manusia yang hidupnya selaras dengan Allah serta menyatakan dalam hubungan dengan sesame. Oleh karena pengertian inilah makanya kebenaran adalah kebalikan dari kefasikan. Kebijaksanaan, roh dan kudus merupakan tiga gagasan untuk menggambarkan Allah tetapi dari ketiga gagasan tersebut yang paling sering dipakai adalah kitab Kebijaksanaan Salomo. Allah adalah kebijaksanaan dan roh pendidik yang suci adalah kebijaksanaan dan kebijaksanaan adalah roh, maka Allah adalah roh dan kebijaksanaan itu sendiri. Roh Allah inilah yang memenuhi semesta. Oleh sebab itu dikatakan kasihilah kebenaran … sebab kebenaran adalah kesucian (kata kesucian lebih tepat diterjemahkan baka). Kebakaan inilah yang Allah sediakan untuk manusia sebagai harapan dan janji-Nya.
2. TENTANG MANUSIA
Manusia adalah ciptaan Allah (2:23dikatakan bahwa manusia dijadikan-Nya gambar hakekat-Nya sendiri). Tubuh manusia digambarkan sebagai tubuh dan jiwa. Kata jiwa dipakai kata keruh. Gambaran ini untuk menggambarkan bahwa manusia sudah dikuasai dosa, penuh dengan pikiran pander, pikiran bengkang-bengkung dan tipu daya. Manusia juga memiliki batas kehidupan yang nantinya juga akan mati, tetapi jiwa orang benar ada ditangan Allah. Manusia juga terbatas sehingga tidak dapat mengetahui rahasia Allah. Dalam dunia ada dua manusia:
Pertama adalah orang benar. Orang benar sebaliknya mereka digambarkan tidak menguasai dunia tetapi menguasai kebijaksanaan sehingga ia dekat dengan Allah. Oleh sebab itu jika orang ingin mendapatkan tahta dan tongkat kerajaan yang sesungguhnya maka hargailah kebijaksanaan Kelihatannya orang benar mendapat malapetaka dan hidupnya adalah kehancuran, penuh dengan siksaan tetapi sebenarnya mereka berada di tangan Allah dan memiliki harapan penuh kebakaan. Setelah disiksa mereka akan menerima anugerah besar sebab Allah hanya menguji mereka. Di sisi lain orang fasik mungkin hidupnya enak, memerintah dan mengadili tetapi sebenarnya mereka hidup dalam kebodohan dan penuh kutukan dari Allah.
Kedua adalah Orang fasik disini adalah orang yang hidup jauh dari Allah, tidak menyukai kebijaksanaan dan dijauhi Allah. Mereka memang menguasai dunia tetapi mereka tidak menguasai kebijaksanaan. Mereka menganggap dirinya menguasai jagad dan menjadi allah. Mereka sebenarnya tidak begitu salah sebab sebenarnya mereka mencari Allah dan berusaha untuk menemukan Allah tetapi celakanya dalam pencariannya itu mereka membuat allah sendiri dan menolak Allah yang sejati. Ia mampu mengenal ciptaan-ciptaan-Nya dan kagum dengan ciptaan tersebut tetapi ia tidak mampu melihat sang Seniman itu. Allah menjauhi mereka dan kebinasaan yang menginginkan mereka. Oleh sebab itulah ketika datangnya kematian nanti kejahatan mereka akan berhadapan dengan mereka sebagai penuduh (4:20).
3. TENTANG DOSA DAN MAUT
Mengenai maut dalam kitab ini selalu dihubungkan dengan tidak kefasikan dan tidak bijaksana. Allah tidak pernah membuat maut, Allah tidak merencanakan maut bagi manusia oleh sebab itulah manusia hendaknya menghindari maut. Maut yang seperti apa yang dimaksud? Ada beberapa buku tafsiran yang menjelaskan bahwa maut ini adalah maut rohani dengan alasan: 1) Waktu kitab ini dikarang tidak ada keragu-raguan tentang maut fisik dan penghancuran jenazah. 2) Maut fisik dari orang fasik tidak disebutkan melainkan hanya keadaan di tempat penantian (4:19-20, 5:1-5). 3) Dalam pasal 1:11 dikatakan bahwa mulut yang berdosa mematikan orang. 4) Tekanan pokok bahkan dalam arti tertentu unsure pokok dari argument 1:12-15, mungkin bahkan dari seluruh kitab ini adalah gagasan rohani seperti kebenaran adalah baka. Maut tidak merajai bumi karena bumi berada dalam kuasa dan rencana Allah, justru manusia yang mengasihi kebenaran dapat mengalahkan maut. Maut berasal dari Iblis.
Konsep dosa dalam kitab ini kurang begitu jelas sebab dosa selalu dihubungkan dengan perbuatan yang tidak dikenankan Allah dan sangat ditentang Allah. Tubuh manusia itu berdosa dan tidak akan lolos dari penghukuman Allah kecuali jika manusia insaf dan kembali kepada Allah. Akan ada hari penghukuman dimana dosa itu akan diadili dan disitulah dosa itu diperhitungkan. Orang yang benarpun dapat melakukan dosa tetapi yang menjadikannya mereka tetap benar adalah dengan insaf dari dosanya dan berbalik lagi kepada Allah. Tetapi satu hal yang tetap diingat bahwa dosa akan ada penghukuman dari Allah, hal itu akan terlihat tandanya.
4. TENTANG IBLIS
Dalam kitab ini kata iblis sendiri tidak ditemukan sebab yang ditemukan hanyalah kata setan. Disitu dikatakan bahwa maut masuk kedalam dunia karena kedengkian setan, dan yang menjadi milik setan akan mencari maut. Hal ini secara implicit dapat dikatakan bahwa maut bersumber dari setan dan di dunia ada yang menjadi milik setan. Disini terlihat juga doktrin predestinasi dari kitab Kebijaksanaan Salomo. Ada yang menjadi milik Tuhan yang ditetapkan dan dikasihi-Nya tetapi ada pula yang memang menjadi milik setan. Setan masuk ke dalam dunia tetapi setan tidak memiliki dunia karena dunia tetap dalam kuasa Allah. Mautlah bagian setan sebab Allah tidak menciptakan maut, maut itu adalah milik setan.
ALASAN TIDAK MASUK KANON
Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa kitab Kebijaksanaan Salomo dalam kekristenan sendiri ada beberapa pandangan. Untuk orang yahudi kitab ini tidak dimasukkan ke dalam kanonisasi mereka khususnya setelah konsili Jamnia. Bagi orang Katholik kitab ini dimasukkan dalam kanon yang bernama deuterokanonika tetapi dalam kitab orang Kristen Protestan kitab ini tidak masuk dalam kanon tetapi digolongkan dalam kitab-kitab apokripha.
Yahudi Gereja Katolik: Gereja Protestan:
Protokanonika Protokanonika Protokanonika
Kitab-kitab lain Deuterokanonika Apokripha
Apokripha Pseudepigrapha
1. Pandangan Yahudi
Kanonisasi dalam agama Yahudi didasarkan pada Konsili Jamnia (90-100). Hal ini dilakukan karena pada masa itu, masih terdapat kontroversi mengenai kitab non-protokanonik yaitu Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Putera Sirakh, Barukh, Makabe I & II, meskipun kitab-kitab tersebut dimasukkan, secara keseluruhan atau setidaknya sebagian, dalam Septuaginta, yaitu terjemahan resmi Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani (100 SM). Dalam konsili Jamnia ini mereka menetapkan empat kriteria untuk menentukan kanon (standard) Kitab Suci mereka yaitu:
d) Ditulis dalam bahasa Ibrani.
e) Sesuai dengan Kitab Taurat.
f) Lebih tua dari jaman Ezra (sekitar 400 SM), hal ini dikarenakan kepercayaan orang Yahudi bahwa pada masa setelah Ezra, Allah tidak menurunkan wahyunya.
g) Harus ditulis di Palestina.
Dalam konsili inilah kitab-kitab yang disebut Deuterokanonika ini tidak dimasukkan kedalam kanon Yahudi sebab semua kitab tersebut tidak dituliskan dalam bahasa Ibrani ataupun tidak diketemukan dasar salinannya dalam bahasa Ibrani.
2. Pandangan Roma Katholik
Di dalam pandangan Roma Khatolik penetapan kanonisasi mengacu pada Konsili Trente, tepatnya melalui dekrit De Canonicis Sclipturis ( "Tentang Kanon Alkitab") pada tanggal 8 April 1546. Menurut keputusan tersebut gereja Katolik mengakui 45 kitab untuk PL dan 27 kitab untuk PB. Konsili ini dilakukan karena kebanyakan gereja lokal mengakui deuterokanonika sebagai bagian dari PL. Keputusan-keputusan Gereja lokal yang mempersiapkan keputusan Konsili Trente tersebut adalah:
a) Beberapa konsili Gereja-gereja di Afrika Utara, yaitu konsili di Hippo pada 393, di Katargo pada 397 dan kemudian di Katargo lagi pada 419.
b) Dekrit Paus Damasus yang dikeluarkan pada konsili di Roma pada 382.
c) Konsili umum/universal yang diadakan pada 1441 dikota Firenze, Italia.
Hal inilah yang mendorong para uskup untuk melakukan konsili dan menetapkan kitab tersebut termasuk deuterokanonika. Jadi istilah deuterokanonika atau "kanon yang kedua" tidak berarti bahwa bobotnya berbeda sebab baik protokanonika maupun deuterokanonika adalah Firman Allah yang sama otoritasnya.
3. Pandangan Kristen Protestan
Dalam Kristen Protestan ketujuh kitab Deuterokanonika (Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Putera Sirakh, Barukh, Makabe I & II) dikelompokkan ke dalam kitab “Apocrypha” dengan memaklumkan, “Inilah kitab-kitab yang tidak sejajar dengan Kitab Suci, namun demikian berguna dan baik dibaca.” Dalam tiga dokumen yang lazim disebut Confessio Gallicana pada 1559, Confessio Belgica pada 1561 dan Confessio Westminster pada tahun 1648, Gereja-gereja Reformasi menetapkan kanon Alkitab mereka. Untuk kanon PB mereka mengakui ke-27 kitab seperti yang diakui Gereja Katolik. Namun untuk kanon PL kebanyakan Gereja Reformasi mengikuti kanon pendek Ibrani seperti yang diterima orang-orang Yahudi; jadi mereka tidak mengakui ketujuh kitab deuterokanonik dan tambahan pada kitab Daniel dan Ester sebagai Sabda Allah sendiri.
Alasan mendasar yang menjadi penyebab mengapa protestan menolak deuterokanonika karena anggapan mereka mengenai konsep kanon yang berbeda. Hal lain yang menjadi keberatan mengenai kitab Kebijaksanaan Salomo yaitu:
· Keaslian dan ketepatan yang diragukan khususnya mengenai penulis. Bapak gereja sangat meragukan penulisnya, justru lebih percaya jika penulisnya adalah orang yahudi yang tinggal di Aleksandia dimana sudah terpengaruh helenisme yunani. Oleh sebab itulah kitab ini digolongkan juga sebagai kitab Pseudographa.
· Tidak dicantumkan dalam Perjanjian Lama berbahasa Ibrani.
· Tidak pernah diakui maupun dipakai khususnya dalam Perjanjian Baru dimana Tuhan Yesus maupun rasul-rasul tidak pernah mengutip kitab Kebijaksanaan Salomo ini.
· Dalam kitab ini tidak mengandung muatan mesianik yang merupakan benang merah dari Alkitab.
· Tidak ada Kesan diwahyukan oleh Roh Kudus. Ketika membaca Alkitab kemudian membaca Kitab ini tentu ada perbedaan. Kitab ini kaya pemikiran teologis tetapi hambar secara rohani, Allah seakan-akan menjadi kabur ketika membaca.
· Bentuk kanon protestan yang merupakan kanon tertutup, sudah selesai dan cukup untuk menyatakan Allah bagi manusia.
4. Alasan Teologis
Kitab ini sangat meninggikan hikmat (yunani: sophos). Berbeda dengan kitab sastra perjanjian Lama, kitab ini meninggikan hikmat terlalu berlebihan bahkan dapat dikatakan secara ekstrim bahwa hikmat itulah Allah. Jika membaca kitab ini orang akan dibawa untuk mengejar hikmat dengan sungguh-sungguh, hikmat dengan filsafat yunani. Hal ini tentu saja sangat bertentangan dengan Injil Yohanes. Dalam Injil Yohanes sangat terlihat bahwa konsep sophos inilah yang ingin ditentang. Ketika membaca kitab Yohanes yang ditinggikan bukan lagi sophos tetapi Logos (firman). Sejak awal konsep tentang Logos langsung diterangkan oleh penulis Injil Yohanes, untuk memperoleh keselamatan tidak dapat dicapai dengan mencari hikmat, mendapatkan hikmat tetapi dengan percaya pada Logos yaitu Yesus Kristus (Yohanes 14:6). Selain itu juga ada beberapa hal yang bertentangan dengan ajaran Perjanjian lama. Sebab isi dari kitab Kebijaksanaan Salomo ini yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran Yunani seperti 7:25 dimana dunia diciptakan dari benda yang terlebih dahulu sudah ada, ajaran ini sama sekali bertentangan dengan kitab Kejadian. Meskipun kitab ini bukanlah Firman Tuhan tetapi bukan berarti kitab ini tidak bernilai sama sekali sebab tidak dapat dipungkiri bahwa kitab ini memberikan sumbangsih pemikiran teoogis yang patut untuk dipelajari sebagai pengetahuan. Dalam penulisannya memang Kebijaksanaan Salomo mirip dengan kitab Ayub, Amsal dan bagian tertentu dari Pengkhotbah. Saya merasa tidak salah jika kitab Kebijaksanaan Salomo sering dipandang sebagai hasil karya yang tertinggi pada zaman antar-perjanjian sebab memang kitab ini kaya akan pemikiran teologis yang sebenarnya asimilasi dari pemikiran agama Ibrani dan filsafat Yunani.
Kepustakaan :
Wim Van Der Weiden MSF, Kebijaksanaan Salomo. Yogyakarta: Kanisius, 1990.
http:// www.sarapan pagi.com/deuterocanonic/
Lucas Tjandra, Latar Balakang Perjanjian Baru II. Malang: Literatur SAAT, 1994.
Terkusus pada kitab ini, menurut saya hikmat itu wajar saja dijadikan tulisan yang menonjol. Karena ketika Salomo ditanya oleh Tuhan minta apa, dia minta hikmat/kebijaksanaan. Jadi inti kitabnya adalah kebijaksanaan/hikmat yang didapat oleh Solomo itu sendiri.
BalasHapusSaya kira bisa disejajarkan dengan kitab kebijaksanaan lain seperti Amsal ataupun Pengkotbah.
Shalom