APAKAH NIKAH BEDA AGAMA ITU BOLEH DALAM KEKRISTENAN YA? Ini isu lama tetapi cukup penting untuk dimengerti secara benar bagi kita. Menurut saya, sebelum menjawab itu perlu sekali memahami konsep pernikahan dalam iman Kristen itu sendiri. Pernikahan dilakukan memiliki 4 tujuan penting :
- Menghadirkan Kerajaan Allah kaitannya keluarga sebagai pembawa terang Kristus bagi dunia.
- Mengerjakan Kasih Allah dalam dalam relasi keluarga dan suami-istri.
- Memenuhi Janji Allah kaitannya dengan memenuhi bumi dan menguasainya.
- Memuliakan Allah dalam iman dan kehidupan termasuk dalam mengerjakan mandat agung (Komparasi dari Matius 28:19-20 dan Kis 1:8).
Tiga hal ini juga berlaku dalam pernikahan menurut iman kristen termasuk pernikahan beda agama. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana tujuan itu bisa dikerjakan oleh keluarga yang berbeda agama? Ini akan menjadi masalah dalam pernikahan keluarga yang berbeda iman keyakinan? Tentu tidak menutup kemungkinan hal ini bisa dilakukan akan tetapi itu tidaklah mudah.
Mengenai pernikahan beda agama :
Hal prinsip yang perlu dilihat masalah memilih pasangan berbeda agama adalah :
- Benih Cinta Hadir adalah bentuk anugerah Allah yang berasal dari Allah. Tetapi cenderung manusia terbudak oleh nafsu (maksud saya bukan seks, tetapi nafsu adalah keinginan untuk memiliki), seperti kejatuhan Daud.
- Salah satu ciri pasangan kita dari Tuhan atau tidak adalah VISI kita. Jika visi kita adalah gembala apakah pasangan kita bisa berbeda agama? Saya rasa tidak.
- Keanekaragaman perbedaan termasuk agama adalah anugerah. Pluralitas agama adalah kenyataan yang harus diterima tanpa harus menjadi pluralisme. Kita tetap harus eklusif dalam doktrin fundamental (keselamatan dan kedaulatan Allah) tetapi harus terbuka dalam relasi dengan sesama sebagai pancaran terang kasih Allah.
Saya sendiri tidak akan memilih pernikahan beda agama, karena visi dan panggilan saya jelas (itulah yang dimaksud penolong yang sepadan). Akan tetapi saya juga tidak menutup kemungkinan bisa terjadi bahwa pernikahan yang berbeda agama itu menjadi suatu “panggilan” yang Tuhan memang izinkan. Seperti contohnya Hosea jika dalam pandangan manusia, pernikahan dia adalah pernikahan yang gagal. Dia memilih calon yang “buruk” dan tidak seimbang bahkan justru merusak reputasi Hosea sebagai nabi, tetapi dia memilih pasangan sebagai penolong yang sepadan dalam artian dia memilih pasangan untuk mengerjakan mandat Allah dalam panggilannya sebagai nabi. Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan pernikahan beda agama. Perlu dikasih garis bawah secara jelas adalah memilih pasangan (wanita) adalah menjadi penolong yang sepadan dalam pencapai visi dan karya Allah dalam hidup kita. Sebab untuk itulah hawa diciptakan.
Saya sangat tidak setuju bahwa pernikahan beda agama dilakukan untuk penginjilan, nanti pasangan saya akan saya menangkan. Itu tidak bisa menjadi alasan dasar, jujur saya katakan alasan ini adalah salah kaprah. Pernikahan beda agama bisa terjadi karena dua hal : pertama adalah melakukan maksud dan tujuan Allah yang jelas dan yang kedua adalah karena karena kedegilan hati, kekeraskepalaan hati. Jika hal itu terjadi, saya tetap mengakui kedaulatan Tuhan termasuk dalam kaitannya dengan doktrin pemilihan. Sangat tidak layak karena ingin menikah, salah satu harus berkorban untuk berganti status agama menjadi kristen (padahal tidak dikaruniai iman dan bertobat). Lebih baik jika demikian menikahlah berbeda agama, karena kedegilan hati kita.
Pernikahan beda agama bisa diberkati dalam gereja?? Menurut saya: ini mungkin masih kontroversi dan sulit untuk dimengerti tetapi saya berpendapat itu bisa diberkati dimana yang diberkati adalah yang memiliki iman kristen, sebagai hak berkat Allah karena iman dia. Iman berasal dari Allah, bahkan ketika dia menikah dia tidak memilih mengikut pasangannya itupun karena iman yang Allah berikan kepada-Nya. sebagai pendeta memberkati adalah kewajiban karena Allah sendiri menganugerahkan iman terhadapnya, kenapa manusia harus menghalangi berkat. Bagaimana dengan pasangannya yang berbeda agama? Tentu berkat pernikahan tidak dapat dilakukan kepadanya.
Mengenai iman anak, kita hanya bisa mewartakan kabar keselamatan tanpa harus menuntut. Bahkan ini catatan penting untuk kita yang menikah satu iman. Anak memiliki hak hakiki untuk menentukan iman kepercayaannya pribadi. Tidak perlu memaksakan iman kepada seseorang (kepada pasangan ataupun bahkan kepada anak kita) karena jika memang Allah tidak mengaruniakan iman itu, itu harus kita terima dan syukuri. Ingat bahwa memang meskipun pahit, Allah dalam kedaulatan-Nya memang telah menetapkan pilihan. Memang sulit dimengerti tetapi itu yang terbaik. Keharusan kita adalah mewartakan kabar keselamatan, tetapi tanpa harus menuntut dan memaksa.
Bukannya gelap dan terang tidak dapat disatukan ? Memang benar. Definisi gelap adalah ketiadaan akan terang, oleh sebab itu gelap akan hilang tatkala ada terang. Sangat berbeda dengan terang, terang tidak tergantung pada gelap, Terang dapat berdiri sendiri bahkan tanpa ada kegelapan. Salah satunya adalah Allah yang adalah TERANG SEJATI. Apakah Allah harus perlu gelap untuk mengatakan diri Allah sebagai Terang? Allah tidak pernah tinggal dalam gelap tetapi diri Allah tetap menjadi TERANG. Inilah kenapa gelap dan terang tidak bisa bersatu. TERUS BAGAIMANA DENGAN PERBEDAAN ITU ? Memang beda keyakinan iman memang susah untuk dipersatukan kecuali memang Allah memanggil kita untuk melakukan karya-Nya dalam perbedaan keyakinan itu. Oleh sebab itulah jika bukan panggilan Allah yang jelas, jangan melakukannya. TERUS BAGAIMANA JIKA SUDAH TERLANJUR? Itu adalah konsekuensi hidup dari apa yang kita pilih. Jika kita melakukan karena panggilan pasti Tuhan akan menuntun kita menuju panggilan itu tetapi ketika kita melakukan karena kedegilan hati kita, tentu itu akan menjadi sulit dalam hidup kita. Perlu dipikirkan ulang tidak selalu harus bercerai.
APAKAH PERCERAIAN BOLEH DILAKUKAN DALAM KEADAAN TERTENTU ?
Mengenai Perceraian, prinsip saya jika memang benar-benar tidak bisa diperdamaikan (bukan dipersatukan ataupun karena ketidakcocokan), bahkan karena kasus tertentu menurut saya cerai saja. Lho kenapa? Karena prinsipnya: Apa yang dipersatukan Allah tidak mungkin bisa dipisahkan oleh manusia. konsekuensi logisnya : apakah pasangan itu memang dipersatukan oleh Allah? darimana anda tahu? Menurut saya jika memang Allah yang mempersatukan, bahkan ketika pendeta menceraikan, nanti mereka akan balik lagi, karena apa yang dipersatukan Allah tidak bisa dipisahkan oleh manusia.